Memanusiakan Manusia
Singkatnya, dalam keberagamaan, seseorang itu seharusnya bisa memanusiakan manusia. Ketika ada saudara kita yang sama (baik dalam satu agama maupun sama dalam satu penciptaan) sedang mengalami kesulitan, kegundahan, galau, atau sesuatu yang membuatnya berada dalam posisi yang bawah (down), maka seharusnya kita dekati dengan maksud memberikan bantuan ataupun solusi jalan keluar dari permasalahan yang ia hadapi. Karena sekuat-kuatnya manusia, pasti ada titik lemahnya.
Agama sangat mengajurkan untuk bantu membantu, gotong royong, atau bersama-sama dalam menghadapi problematika yang seringkali terjadi dalam hidup. Karena mungkin dengan hadirnya kita dalam bantuan atau dalam kebaikan tersebut lagi dibutuhkan tenaganya, atau waktunya, atau bahkan materinya. Sebagaimana yang ABI sampaikan dalam pengajiannya mengatakan:
Dalam kitab Irsyadul ‘Ibad Ila Sabilir Rasyad karya karya Syaikh Zainuddin al-Malibari; seorang ulama yang lahir di daerah Malabar, India Selatan menyatakan:
مَنْ اَقَالَ نَادِمًا اَقَالَ اللّٰهُ عِثْرَتَهُ يَوْمَ الْقِيَا مَةِ
Irsyadul ‘Ibad Ila Sabilir Rasyad, karya Syaikh Zainuddin al-Malibari
“Siapa saja yang mampu menghilangkan kesedihan/kekecewaan seseorang, maka Allah akan menghilangkan kesalahan orang yang membantu ini besok di hari kiamat.”
Hikayat
Sebagai contohnya, dalam sebuah hikayat yang terdapat dalam kitab Irsyadul ‘Ibad tersebut menyatakan bahwa suatu ketika ada seseorang yang menjual madunya kepada seorang Syaikh (orang yang ‘alim) dengan harga 30 ribu dirham. Kemudian keesokan harinya, Syaikh tersebut menjual madunya kembali dengan harga 100x lipat, sehingga meraup keuntungan sebesar 30 ribu dirham.
Kabar keuntungan yang Syaikh hasilkan ini akhirnya terdengar sampai ke penjual madu, yang kemudian penjual madu pun merasa sedih dan menyesal dengan apa yang ia perjualbelikan saat itu. Keesokan harinya, sebagian teman penjual madu itu pun menyarankan kepadanya untuk datang di suatu tempat Syaikh itu berada, dan berterus terang bahwa ia menyesal dengan penjualan madu kepada Syaikh dulu.
Akhirnya atas saran dari temannya tersebut, penjual madu itu pun bergegas menuju tempat Syaikh berada dan ia tiba ketika subuh menyapa. Kemudian ia ikut berjamaah dengan Syaikh tersebut, lalu setelah salam dan berdo’a ia berterus terang dengan penyesalan penjualan madu kepadanya. Mendengar hal itu, Syaikh pun langsung menyuruh kepada anaknya untuk mengambil semua stok madu yang ada dan memberikannya kepada penjual madu tersebut, sekalipun harga madu saat itu sedang melambung tinggi. Karena Syaikh tersebut pernah mendengar Nabi SAW. bersabda yang artinya, “Siapa saja yang menghilangkan kesedihan seseorang atas barang yang telah dijualnya, maka orang yang menghilangkan kesusahan ini akan dihilangkan kesalahannya oleh Allah besok di hari kiamat.” Wallahu a’lam
Penutup
Gimana, sahabat DUA? Apa sudah lebih jelas? Mudah-mudahan sahabat DUA mengerti ya.
Oleh karena itulah, yuk mari kita biasakan menghilangkan kesusahan atau kesedihan dari kerabat atau teman yang ada di sekitar kita. Karena dengan hal itu, mudah-mudahan saja kesalahan-kesalahan kita nanti di akherat bisa terhapuskan oleh Allah, sehingga ketika proses hisab timbangan amal baik kitalah yang lebih berat dari pada timbangan amal kejelekan. Aamiin
Leave a Reply