Munajat yang ke 4; “Wahai Allah Tuhanku, sungguh yang keluar dariku adalah apa saja yang patut dengan sebab perbuatan tercelaku (sebab maksiatku sendiri), dalam hal ini perbuatan tercela dari saya adalah hal-hal yang nampak bagimu wahai Allah, atas maksiat-maksiat yang kami kerjakan. Yang sungguh itu adalah hal yang pantas bagi saya. Karena sesungguhnya perilaku manusia itu sebelum dapat hidayah adalah tidak sanggup memenuhi kewajiban-kewajiban dari tuhannya. Apa saja yang keluar dari-Mu (Allah) adalah sesuatu yang patut dengan kemurahanmu. “Dalam hal ini, kemurahan Allah adalah Allah itu melewati/tidak menganggap perbuatan yang tidak baik dari kita, serta Allah mengampuni kita, bermakna juga Allah menerima alasan-alasan kita. Allah mengutamakan kita, memberi kebaikan kita dan juga termasuk kemurahan-Mu itu adalah menolak terjadinya hal-hal yang menyakitkan pada diri saya.”
Menurut syarah hikam, munajat ini termasuk bentuk munajat yang lebih halus dalam meminta kepada Allah SWT. Dan munajat yang lebih dicintai karena munajat ini bagian dari adab-adab berdo’a.
Imam Abu Yazid “hidup adalah kesempatan untuk terus berbuat baik dan mati adalah total tidak maksiat.”
Dikisahkan dahulu ada seseorang yang curhat kepada sebagian nabi-nabi nya Allah. “Wahai nabi, sampaikanlah kepada Allah, saya itu banyak sekali menentang Allah dan membangkang Allah. Namun Allah mengapa tidak menyiksa kepadaku?” Kemudian Allah memberi wahyu kepada nabi tersebut. Katakanlah wahai nabi kepada si fulan, “ketahuilah bahwa sesungguhnya Saya (Allah), iya saya itu bersama dengan engkau nabi dan bersama engkau fulan.”
Penutup
Menurut kitab iqodul himam (syarah hikam yang ke 2), bahwa munajat ini senada dengan munajatnya Syekh Abu Yazid Al Bustomi, yang artinya “wahai tuhanku, sungguh telah nampak dari saya kejelekan; ketidak patutan hal yang tercela, yakni apa saja yang patut dengan kejelekan-kejelekan saya ini. Disisi yang lain wahai tuhanku telah nampak darimu; kebaikan, kelayakan, kemurahan, kenikmatan, menutupi kejelekan-kejelekan dan kekurangan-kekurangan saya. Yang semuanya itu adalah sesuatu yang patut sebab kemurahanmu, kesempurnaan kebaikanmu, sehingga pula kejelekan-kejelekan kami engkau tutup dengan kebaikan-kebaikan. Engkau menutup kejelekan-kejelekan kami dengan sifat
Dikisahkan dahulu ada sebagian manusia pilihan yang bermunajat, “Wahai Allah tuhanku betapa banyak saya ini membangkang kepadamu namun engkau selalu saja memenuhi saya.” Kemudian orang pilihan yang bermunajat tersebut mendengar suara yang bertutur, “ketahuilah sesungguhnya saya yang maha pemurah adalah saya. Dan engkau adalah engkau (yang maha membangkang).”
Catatan Ngaji
- Kenikmatan Allah terlalu banyak. Kita yakin dengan kemurahan Allah.
- Yakinilah segala kebaikan yang muncul dalam diri kita, yakinilah itu adalah kemurahan dari Allah SWT.
- Sungguh berdo’a itu bila bukan perintah Allah, sesungguhnya kami malu untuk memohonkan kepada Allah SWT. Kami meminta sebab kemurahan-kemurahan dari Allah SWT
- Diantara adab itu adalah dengan tidak menganggap hebat dan tidak memiliki apapun.
- “hidup adalah kesempatan untuk terus berbuat baik dan mati adalah total tidak maksiat.” Imam Abu Yazid
- Allah tidak pernah meninggalkan kita, meski kita sering meninggalkan Allah
Baca juga : Cara Agar Bisa Bersalaman Dengan Rasulullah SAW
Leave a Reply